Social Icons

Data

Senin, 21 Maret 2011

Jenis-Jenis Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan khusus obstetri, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan tambahan.

Pemeriksaan keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi kesan umum tentang keadaan gizi (anemia, ikterus) dan pernapasan (sianosis, dispnea). Apakah terdapat edema, bagaimana bentuk dan tinggi badan, apakah ada perubahan pigmentasi, kloasma gravidarum, striae alba, striae lividae, striae nigra, hiperpigmentasi, dan areola mamma.
Pemeriksaan umum meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan berat badan; petneriksaan paru dan jantung; pemeriksaan refleks lutut. Catatan: Persalinan spontan, aterm, dan hidup menunjukkan kerja sama 3P sempurna sehingga kehamilan ini diharapkan berjalan baik; persalinan yang memerlukan tindakan harus diwaspadai dan dapat digolongkan hamil risiko tinggi; usia anak terkecil lebih dari lima tahun, waspadai kemungkinan kesulitan persalinan; jumlah anak lebih dari lima orang harus diwaspadai dan tergolong “grandemultipara” dengan kemungkinan komplikasi persalinan dan kala nifas; gangguan fisiologis kala nifas perlu diperhatikan karena mungkin dapat berlangsung kejadian yang sama (perdarahan pascapartus, penyakit diabetes melitus, hepar, ginjal, serta gangguan jiwa atau cacat jasmani).

Pemeriksaan khusus obstetri
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi abdomen (tinggi fundus uteri, pigmentasi dinding abdomen, dan penampakan gerak janin), palpasi menurut Leopold I-IV, Kneble, Buddin, Ahfeld, kontraksi Braxton Hicks, dan tanda cairan bebas; perkusi untuk mengetahui meteorisme dan tanda cairan bebas; auskultasi untuk mengetahui bising usus, gerak janin dalam rahim, denyut jantung janin, aliran tali pusat, aorta abdominalis, dan perdarahan retroplasenter.

Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan baik pada kehamilan muda maupun kehamilan tua. Pemeriksaan ini untuk mengetahui tanda Hegar, tanda Chadwick, dan tanda Piskacek pada kehamilan muda yang ditunjukkan dengan adanya kontraksi Braxton Hicks, terdapat balotemen, dan pembukaan serviks. Pemeriksaan dalam pada kehamilan tua dilakukan terhadap:
1. serviks, yaitu untuk mengetahui pelunakan serviks dan pembukaan serviks;
2. ketuban, yaitu untuk mengetahui apakah sudah pecah atau belum dan apakah ada ketegangan ketuban;
3. bagian terendah janin, yaitu untuk mengetahui bagian apakah yang terendah dari janin, penurunan bagian terendah, apakah ada kedudukan rangkap, apakah ada penghalang di bagian bawah yang dapat mengganggu jalannya persalinan;
4. perabaan forniks, yaitu untuk mengetahui apakah ada bantalan forniks dan apakah bagian janin masih dapat didorong ke atas.

Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Pemeriksaan laboratorium khusus meliputi uji biologis kehamilan (uji fungsi hati, ginjal, dan hormonal). Pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan penyakit menular seksual juga dilakukan (VDRL-Khan, HIV-AIDS, penyakit infeksi dengan kemungkinan kelainan kongenital [TORCH dan hepatitis D]), serta alfa fetoprotein (kelainan kongenital sistem saraf pusat).
Pemeriksaan diagnostik terhadap kehamilan dilakukan dengan ultrasonografi, amnioskopi, atau sitologi cairan vagina. Ultra-sonografi pada trimester perta ma dilakukan untuk mengetahui:
1. kepastian kehamilan;
2. kehamilan intra atau ekstrauterin;
3. kehamilan ganda;
4. kelainan kongenital-hligliied ovum;
5. kehamilan mola hidatidosa;
6. kehamilan dengan komplikasi perdarahan;
7. menentukan usia kehamilan.

Pemeriksaan ultrasonografi pada trimester kedua dan ketiga dilakukan untuk:
1. menentukan adanya kelainan kongenital;
2. menentukan posisi pasti kehamilan dan letak plasenta;
3. menentukan usia kehamilan (biparietal, lingkaran perut dan dada, panjang femur);
4. mengetahui aktivitas janin dalam rahim (ekstremitas, jantung, pernapasan janin);
5. mengetahui keadaan air ketuban (hidramnion-oligohidramnion, kekeruhan air ketuban, penuntun amniosentesis);
6. mengetahui tentang plasenta (besar-lebar plasenta, klasifikasi plasenta, perdarahan retroplasenter);
7. mengetahui air ketuban janin dalam rahim (menentukan maturitas paru, kekeruhan air ketuban, uji biologis lainnya, jenis kelamin janin dalam rahim, dan jumlah air ketuban). Amnioskopi dengan alat khusus amnioskop dilakukan untuk mengetahui kekeruhan air ketuban dan mengidentifikasi adanya
asfiksia intrauterin dan jumlah air ketuban.
Sitologi cairan vagina dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi kandida/trikomonas, infeksi bakteriologis, atau kemungkinan keganasan serviks.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates